Senin, 05 Desember 2011

FILSAFAT ETIMOLOGI,TERMINOLOGI,OBJEK,MATRIAL

DAFTAR ISI

Halaman

1.      Kata Pengantar           : ……………………………………………………………. i

2.      Daftar isi                     : ……………………………………………………………. 1


3.      BAB I PENDAHULUAN     : ……………………………………………………. 2

4.      BAB II PERKEMBANGAN FILSAFAT YUNANI           : ……………………………. 3

5.      Pengertian Filsafat      : ……………………………………………………………. 3
6.      Objek filsafat              : ……………………………………………………………. 4

7.      BAB III KESIMPULAN       : ……………………………………………………. 8

8.      DAFTAR PUSTAKA                        : ……………………………………………………. 9






















BAB I
PENDAHULUAN


Mengapa kita harus belajar filsafat ?, dan apa harapannya setelah kita belajar filsafat ?
Kedua pertanyaan tersebut diatas adalah salah satu pendorong bagi penulis untuk selalu banyak membaca, dan memahami sehingga mengerti apa yang dipelajari dalam filsafat.

Dinamika pemikiaran didalam dunia ini tetap berkembang sampai sekarang, kenyataan ini dimungkinkan terjadi berkat doktrin yang menghargai akal setinggi mungkin sebagai salah satu sumber pengetahuan dan kebenaran.

Kontribusi para filusuf saling berkaitan dan saling menghargai dan juga saling mengakui kebenaran yang diutarakannya, contoh seperti filusuf-filusuf islam banyak diakui oleh filusuf barat, seperti dalam tulisan Nicholas Rescher, professor filsafat di universitas Pittsburg. Rescher menampilkan nama-nama filusuf seperti, Al-kindi, Yahya ibnu Adi, Ibnu Sina. Ibnu Shalah dan Ibnu Assal. Aktipitas penerjemaahan merupakan pintu gerbang menuju terbukanya cakrawala pemikiran filsafat.
























BAB II
PERKEMBANGAN FILSAFAT YUNANI

1.        Pengertian Filsafat

Dilihat dari lughotnya kata filsafat itu adalah bentuk kata Arab “falsafah” yang juga berasal dari bahasa yunani “Philosophia” Philo artinya Suka atau cinta, sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan, jadi kata Fhilosifhia cinta kepada kebijaksanaan.
Perkembangan filsafat sejak zaman klasi yunani hingga zaman modern sekarang ini filsafat telah melalui berbagai keadaan dan kondisi yang senantiasa menjadi bidang pembahasan orang yang tertarik dengannya, karna filsafat merupakan ilmu.
Apabila pengertian filsafat sebagai ilmu maka cukup banyak yang membuat rumusannya yaitu sebanyak para ahli atau filosof yang membahas dan yang berkecimpung didalamnya.Telah berpuluh-puluh abad, manusia mendalami filsafat, namunbelum juga terdapat suatu penyelesaian yang definitive, maka seiranya didapatkan kesepakatan atau penyelesaian yang definitive tentang persoalan ini, maka berarti bekunya atau matinya filsafat.

Jika kita merumuskan pengertian filsafat itu, kita sampai ketengah-tengah pertikaian, sebab batasan yang diberikan orang tentang pengertian filsafat sangat banyak dan kadang-kadang jauh berbeda. Namun secara umum tidak disangsikan bahwa pekerjaan filsafat itu adalah berpikir.

Walaupun tida semua orang berpikair adalah filosof, tetapi semua orang yang mempunyai pikiran normal tentulah dapat menjadi filosof. Sebagai mana dikatakan oleh M.T. Thohir A.Mu’in bahwa : yang dinamakan filosof ialah orang yang sengaja telah menyediakan dan menyerahkan segenap jiwa dan pikirannya, segala apa yang dikandung kehidupannya, baik kehidupan rohani maupun kehidupan pikiran, semua itu ditujukan hanyalah untuk menyelidiki hakekat dan keadaan sebenarnya dari pada sesuatu.”

Dalam setiap zaman filsafatlah dalam arti yang luas menetapkan apa yang dikehendaki, apa yang berharga dan yang tidak berharga. Tuhan telah memberikan kepada manusia pikiran bahkan berulang kali dalam wahyunya telahmenandaskan agar manusia suka menggunakan pikirannya, berpikir untuk kebahagiaan dunia dan akhirat kelak.



Daiantara filosof yang telah membuat rumusan pengertian filsafat adalah sebagai berikut :

1.    Menurut Plato             : Filsafat   ialah   ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
                                           kebenaran yang asli.

2.      Menurut Aristoteles    : Filsafat   adalah  ilmu  pengetahuan     yang  meliputi   kebenaran
  yang terkandung     didalamnya   ilmu-ilmu  :  Matematika,   
  Logika,  Retorika, Ethika,  Ekonomi, Politik dan estetika.

3.      Menurut Imanuel Kant: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
                                       pangkal dari segala pengetahuan, tercakup didalamnya empat
                                       persoalan :
a.       Apa yang dapat kita ketahui dijawab Metafisika
b.      Apa yang seharusnya kita kerjakan, dijawab oleh etika
c.       Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh Agama
d.      Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh Anatropologi.

4.      Menurut Cleero           : Filsafat   adalah  ibu dari  semua ilmu pengetahuan lainya, ilmu
  filsafat Adalah    ilmu     pengetahuan     yang     luhur    dan  
  keinginan    untuk   mendapatkannya.


2.      Objek Filsafat

Pada hakekatnya filsafat  adalah mencari kebenaran yang asli dengan cara yang sedalam-dalamnya dari kenyataan yang ada. Dan para filosof bukannya hendak mencari kemuliaan,pijian,kedudukan melaikan mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri.

Manakala suatu masalah dapat dipecahkannya, hal ini berarti ia telah menemukan suatu kebenaran tentang masalah itu, barulah jiwanya merasa puas.
SIGI GAJALBU mengatakan : Filosof adalah orang yang berani dalam pemikirannya berani dalam sikap dan pandangan hidupnya dan hasil dari pemikirannya, ia berani pula untuk menyangsikan kenyataan yang dihadapinya, ia berani bertanya sekalipun pertanyaan itu menyimpang dan menyinggung suatu yang dimuliakan, dikhidmati ataupundisucikan masyarakat, ia juga berani menjawab sekalipun jawaban itu menentang masyarakatnya .


Manusia adalah mahluk yang berpikir dan manusia yang berpikir adalah filosof, berpikir yang dikatakan berfilsafat itu adalah, “apabila mengandung tiga ciri, radikal, sistematis, dan universal. Sementara  itu ada sebagian orang mengatakan bahwa filsafat itu timbulnya dari ketakjuban terhadap sesuatu .

Manusia mahluk yang dapat merasakan ketakjuban siapa yang takjub tentunya ada obyek dari ketakjuban, demikian pula halnya dengan filsafat yang timbul dari ketakjuban manusia, ketakjuban manusia mungkin disebabkan oleh keadaan sekelilingnya maupun terhadap dirinya sendiri sehingga menimbulkan bermacam-macam pertanyaan, seperti ; Apakah dunia itu, bagaimana asal kejadiannya, apakah aku ada didalam dunia ini, bagaimana kenyataan semua itu sebenarnya, apakah perinsif dari benda dan peristiwa-peristiwa yang banyak itu, apakah kedudukanku ditengah-tengah semua kenyataan ini ?

Dalam hal ini R.F Beerling menjelaskan lebih lanjut bahwa : “yang bertanya ialah manusia,yang ditanya ialah kenyataan dalam arti yang paling umum,yang menjadi pokok pertanyaan mungkin,sebab atau tujuan peristiwa-peristiwa tertentu arti kejadian-kejadian tertentu dan sebagainya”.
Dalam filsafat pertanyaan-pertanyaan diatas diajukan secara radikal,tidak lah ditunjukan pada suatu bagian tertentu dari kenyataan dunia wujud,tetapi pada seluruhnya.
Yang di nyatakan dalam filsafat itu meliputi segala kenyataan yang ada dan paling umum,maka itu pula lah yang menjadi objek filsafat yakni meliputi segala sesuatu yang ada dan mungkin ada sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai objek tersendiri,filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan yang mempunyai objek tersendiri,Contoh seperti ilmu bumi dan ilmu alam,sebab objeknya lah yang dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu yang lain.
Objek formal adalah suatu ilmu yang meliputi fakta-fakta,gejala  atau pokok yang nyata dipelajari dan diselidiki oleh ilmu pengetahuan
Objek Matrial : Suatu ilmu pengetahuan belum dapat membedakannya dengan ilmu pengetahuan lainnya
Obyek formal yaitu sifat penyelidikan yang mendalam, artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahunya again dalamnya, kata mendalam artinya ingin tahu tentang obyek yang tidak empiris, penyelidikan sains tidak mendalam karna ia hanya ingin tahu sampai batas obyek itu dapat diteliti secara empiris, ingatlah lagi contoh tanaman jeruk yang diberikan sebelum ini, jadi objek penelitian sains ialah pada batas dapat diriset, sedangan objek penelitian filsafat adalah pada daerah tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis, Jadi sains menyelidiki dengan riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya, marilah kita ambil contoh ini, yakni tentang hujan. Apa itu hujan ? mata melihat, hujan ialah air yang turun dari langit, ini pengetahuan sains, mengapa air itu turun  ? Imuwan mengadakan riset, ia menemukan bahwa hujan ialah air yang menguap, berkumpul diatas, lalu turun dan disebut hujan, ini sains.
Mengapa air laut, air danau air sumur itu menguap ?. Menurut sains karna ada pemanasan ini pengetahuan sains, mengapa di Indonesia banyak hujan, tatapi dipadang pasir sedikit hujan ?
Karna di Indonesia banyak gunung sedang dipadang pasir tidak ? Sains tidak dapat lagi menjawab karna tidak dapat diteliti lagi secara empiris, filosof berpikir : ia menemukan itu kebetulan, kebetulan saja di Indonesia banyak gunung dipadang pasir tidak, Apa itu kebetulan ?
Kebetulan adalah bentuk hukum alam, Apa itu hukum alam ? hukum alam adalah hukum kehendak alam, kata sebagian, hukum kehendak tuhan kata sebagian lagi, mulai dari kata kebetulansampai kehendak tuhan diakhir ini sudah pengetahuan filsafat, jawaban-jawaban itu semua hanya berdasarkan pemikiran logis, tanpa dukungan fakta empiris berpikir tanpa dukungan data seperti ini sering juga disebut berpikir sepekulatif, inilah filsafat.
Obyek Matrial yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada, tentang obyek matrial ini banyak yang sama dengan obyek matril sains, bedanya ialah dalam dua hal ;
Pertama sains menyelidiki obyek matrial yang empiris , filsafat menyelidiki objek itu juga, tetapi bukan bagian empiris melainkan bagian yang abstraknya.
Kedua ada obyek matrial filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek matrial yang untuk selama-lamanya tidak empiris.
Jadi objek matrial filsafat tetap saja lebih luas dari pada objek materi sains.
Dalam pembicaraan sehari-hari kita sering mempersoalkan pengertian, manakala sesuatu tidak jelas bagi kita, kita menanyakan artinya. Demikian sering kita menanyakan pengertian tentang sesuatu, demikian jarang kita, bahkan hamper tidak ada, kita menanyakan : apa pengertian dari pengertian itu ?
Apa bila objek dicamkan dan dikuasai oleh jiwa subjek maka objek itu menjadi milik rohani, ketika sabjek mengetahui secara budi. Pengetahuan budi inilah yang disebut pengertian, yang ditangkap dari objek itu ialah hakikatnya, bentuk hakikat dalam rohani, itulah pengertian, dan yang membentuk pengertian itu adalah budi.
Apabila contoh objek pada pohon, maka yang ditangkap dari pohon adalah hakikatnya. Apa hakikat pohon ? Tumbuh-tumbuhan yang berbatang,berakar didalam tanah, bercabang dan berdaun menjulang keudara. Demikian bentuk hakikat pohonyang ada dalam ruhani. Dan itulah pengertian pohon, yang diketahui oleh budi dan yang dibentuknya, karena itu pengertian pohon hanya ada dalam budi, diluar itu tidak ada, jadi faktanya tak ada.
Kata pohon terdiri dari deretan bunyi kalau diucapkan, dan deretanhuruf yang melambangkan bunyi kalau ditulisan. Deretan itu membentuk kesatuan bunyi dan dipergunakan sebagai lambing pengertian pohon. Dengan demikian pohon sebagai ujud tidak ada, ia hanya ada (sebagai pengertian) didalam budi, jadi pohon tidak ada, rumah tidak ada, tuan tentu menyangsikan, apakah benar rumah pohon meja mobil anak dan sebagainya tidak ada ? saya dapat menunjukkan bahwa semuanya itu ada. Rumah saya, pohon didepan rumah saya, meja didalam rumah saya, anak saya sendiri, apakah semua itu tidak ada ? kalau rumah diberikan predikat saya, pohon tertentu , yakni yang didepan rumah saya, anak yang jelas ujudnya, yaitu punya saya sendiri, itu memang ada, dapat di buktikan ujudnya, tetapi rumah saja, meja, anak saja, tanpa ditambah predikat, tidak dibubuhi keterangan, tak ditentukan ujudnya, hanya ada dalam budi kita, dalam bentuk pengertia dalam kenyataan,kesemuanya itu tidak ada, kesemuanya barumenjadi ada, ketika kepada kata itu diberikan keterangan, ditentukan wujudnya, selama kita mengucapkan rumah, pohon meja dan sebagainya saja, selama itu pula kita menunjuk sesuatu yang ada dalam budi kita, belum mengalihkannya kedalam kenyataan. Ketika pengertian dialihkan kealam kenyataan, kepadanya diberikan cirri-ciri tertentu yang bersifat khusus. Cirri-ciri khusus itu bentuk pribadi, individual kata orang.
Bagaimana membentuk pengertian itu ? Dengan jalan abstraksi, yaitu tidak mengindahkan cirri visual atau bukan visual,
Menangkap hakikat lepas dari ujud objek. Abstraksi ialah membentuk gambaran (abstrak) dalam budi kita (yang kita sebut tanggapan) dengan meninggalkan cirri-ciri itu ialah aksiden objek.
Ciri-ciri itu ialah  (accident, Bhs. Inggris), yang kebetulan, yang bukan pokok, yang khusus ada pada individu, dengan menanggalka cirri-ciri yang bukan pokok, yang khusus, terbentuklah objek itu menurut hakikatnya (esensinya), yang umum, yang tergambar dalam budi kita. Cirri-ciri hakikat inilah yang disebut pengertian.
Untuk ilustrasi, mari kita bahas pembentukan pengertian pohon, Kita lihat banyak pohon, tetapi pohon itu bersifat pribadi, berdiri sendiri-sendiri, memiliki kehususan-kehususan, yaitu segala sesuatu yang hanya ada pada masing-masing pohon. Pohon itu ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang gemuk batangnya ada yang kurus, juga yang sedang, berbunga-berbuah, tidak berbunga-berbuah, yang tua, yang muda, yang lurus-yang condong, bentuk daunya berbeda-beda, letaknya tidak ada yang sama dan sebagainya. Apa yang ada pada masing-masing pohon itu, yang merupakan kekhususannya masing-masing, yang ada pada pohon yang satu, tetapi tidak ada pada pohon yang lain, itulah yang disebut dengan cirri-ciri aksidensi. Disamping ke Khususan masing-masing itu, mempunyai pula persamaan umum. Tiap-tiap pohon adalah bangsa tumbuh-tumbuhan, memiliki batang, akar didalam tanah, cabang dan daun-daun menjulang keudara, inilah hakikat pohon.





BAB III
KESIMPULAN


1.      Memang sangat perlu bagi kita untuk mempelajari Filsafat, terutama bagi kami selaku mahasiswa, karna filsafat adalah olah pikir manusia untuk selalu dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan, dan penyampaian  jawaban – jawaban yang dapat dicerna dan diterima oleh oleh sipenanya.

2.      Jawaban-jawaban tersebut disampaikan ada yang secara imajinasi yang tidak didukung fakta, dan dan jawaban yang fakta, didukung dengan zamannya.


3.      Harapan penulis setelah kami mempelajari filsafat, kita dapat menggunakan secara logika dan yang tak logika dalam mensikapi suatu persoalan yang muncul ditengah-tengah kita, sehingga kita yang telah dibekali pengetahuan cara berfilsafat  kita harus berpegang pada apa yang telah kita pelajari.

 






















DAFTAR PUSTAKA




1.      Buku Sumber pemikiran filusuf Islam karangan H.M. Ghazali Badrie
( Halaman 1 s/d 9 ).

2.      Filsafat Umum Karangan DR. Ahmad Tafsir.
( Halaman 18 s/d 19 )

3.      Filsafat Islam Buat yang pengen tahu Karangan Amroeni Drajat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar